Seberapa Penting Ketajaman Pada Pisau?

Edge Maintenance (Asah)

Jawaban singkat ya penting sekali. Memiliki mata pisau yang tajam kadangkala menimbulkan rasa cemas bagi penggunanya, karena bisa dengan mudah terselip dan mengiris bagian tubuh penggunanya sendiri. Atau takut jika pisaunya mencelakakan orang lain yang tidak terbiasa menggunakan pisau tajam, misalnya anak-anak.

Namun menurut saya, pisau ter-aman, adalah pisau yang tajam. Dengan membiasakan diri kita dengan mata pisau yang tajam, kita akan dengan sendirinya memiliki kebiasaan, memiliki mindset bahwa pisau, apapun pisau itu, memiliki mata potong dan semestinya dipergunakan dengan respek, sebagaimana kita memperlakukan pesawat bantu lainnya, entah itu obeng, kunci inggris, sampai alat berat seperti excavator, misalnya.

Civivi Elementum

Tidak ada pisau yang terlalu tajam, yang ada orang yang tidak hati hati” – Tomo

Pisau itu hanya alat. Ketika kita nggak hati-hati menggunakannya, ya jangan salahin pisaunya terlalu tajam, dan sebagainya.

Pisau ter-aman adalah pisau tajam? Coba bayangkan anda berusaha memotong strapping plastik pada sebuah kardus. Dengan pisau yang tumpul, pastinya anda memberikan energi yang ekstra untuk bisa mengiris strap tersebut, dengan gerakan menggergaji. Ketika strapnya teriris, momentum pisaunya bisa jadi berayun ke benda atau orang yang apes. Pun sama di dapur, pisau tumpul saat digunakan untuk mengupas apel? Bisa tergelincir pisaunya.

Dan tenang saja, teriris pisau tajam tidak sesakit teriris pisau tumpul. Malah lebih cepat sembuh karena jaringan yg teriris benda tumpul kan lebih koyak daripada pisau tajam. 😄 (maaf, ini jangan ditanggapi terlalu serius ya)

Kanetsune Chef’s Knife, 22° inklusif. Sangat nyaman dipakai

Ketajaman pisau itu sendiri, menurut saya memiliki 4 tingkatan.

  • Tumpul. Nggak bisa motong dengan lancar kertas hvs 70gram. Tapi kalau dipakai seperti gergaji masih bisa motong dengan friksi dan panas.
  • Working sharpness, bisa memotong kertas hvs 70 gram, tapi tidak bisa untuk mencukur rambut muka kita (brewok, kumis). Umumnya pisau EDC saya disini tingkat ketajamannya.
  • Shaving sharpness, bisa memotong lancar kertas koran, kertas buku telepon (siapa sih yang masih punya yellowpages hari gini), dan tentunya bisa untuk cukur brewok.
  • Tree topping, bisa split sehelai rambut jadi dua bagian! Disebut juga atom splitter, lightsaber, dll.
Spyderco Positron, salah satu EDC saya

Dengan membicarakan ketajaman mata pisau, tentunya ada faktor penentu: untuk apa pisau tersebut digunakan? Saya percaya bahwa pisau EDC diasah sampai tingkat tree topping pasti ya keren banget. Tapi nggak perlu juga. Perlu dipahami keterkaitan material baja, heat treatment, geometri mata pisau juga memainkan faktor signifikan dalam edge retention, daya tahan mata pisau itu sendiri.

Sumber: KnifeIndia

Pisau EDC saya mayoritas menghadapi strapping plastik, minimal zipties dalam pekerjaan sehari-harinya. Dengan material S30V, tree topping edge nya akan dengan mudah hilang untuk pemakaian tersebut. Karena itu saya menyesuaikan dengan cukup finish asah di working edge saja, dan S30V lebih dari mampu mempertahankan mata working edgenya seminggu. Akan sangat mubazir kalau saya mempoles mata potong nya hingga tree topping, karena sudah sewajarnya cepat hilang mata itu dan dengan otomatis dia kembali ke working edge.

Sumber: The Kitchen Professor

Dan kalau kita mau pelajari lebih dalam lagi, sudut asah juga sangat memengaruhi ketajaman. Geometri bilah juga. Disini kita belajar istilah sudut inklusif, sudut per sisi ketika kita mengasah pisau. Pisau EDC saya akan ada di kisaran sudut asah 30 sampai 35 derajat inklusif, atau sekitar 15 sd 17.5 derajat per sisinya. Lebih gendut bisa, tapi saya prefer angka tersebut. Sementara pisau besar/pisau hutan saya, ada di kisaran 45 derajat inklusif. Supaya tidak gampang chip atau roll.

Sumber: knifesteelnerds

Foto diatas ini mata pisau yang tajam, dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop untuk ketajamannya. Tautan diatas bagus sekali dibaca baca untuk lebih memahami konteks mata pisau dengan detail.

Mata pisau ‘shaving sharp’ dibawah mikroskop. Membuat true apex yang halus itu susah banget, dan makan waktu serta kesabaran yang tidak sedikit.

Ada lagi istilah convexed edge, flat edge, concave edge, dan lain lain. Ini takkan memegang peranan penting bagi user dan kolektor bilah biasa. Kalau udah masuk tahap yang lebih ‘sakit jiwa’ sih boleh. Mereka menamai dirinya edge snobs. Ada tuh grupnya. Visinya sama, pisau apapun boleh masuk asal mata potongnya bikin iri. Dan kami semua berlomba lomba memproduksi ‘lightsaber’.

Mirrored Edge, finishing di white 0.1 micron compound

Mirrored edge apakah lebih superior ketimbang edge biasa? Jawaban saya sih tergantung preferensi masing-masing. Saya suka melihat mirrored edge, dan secara subyektif mirrored edge lebih superior karena lebih sedikit friksi dengan bidang yang dipotong.

Pada akhirnya, hal terpenting yang menjadikan sebuah alat potong ya mata pisaunya. Pada sebuah pisau, baja hanya media tempat mata potong itu nempel. Handle adalah bagian supaya kita bisa mengontrol mata pisaunya dengan baik. Semoga pembaca budiman dapat ilmu dari tulisan kali ini, dan berakhir dengan lebih banyak pertanyaan ketimbang jawaban 😁

Penulis: Bram

Memberikan edukasi untuk hobi Pisau.

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai